Frederic S. Mishkin dalam bukunya Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan mengatakan bahwa dalam jangka panjang ada empat faktor utama yang mempengaruhi kurs yaitu: pertama, tingkat harga relatif. Sejalan dengan teori PPP (purchasing power parity), ketika harga barang Amerika meningkat (dengan asumsi harga barang luar negeri tetap), permintaan untuk barang Amerika turun dan dolar cenderung untuk melemah sehingga barang Amerika masih dapat dijual dengan balk. Sebaliknya, kalau harga barang Jepang meningkat sedemikian rupa sehingga harga relative barang
Amerika turun, permintaan untuk barang Amerika meningkat, dan dolar cenderung menguat karena barang-barang Amerika akan terus terjual walaupun dengan nilai mata uang domestik yang lebih tinggi. Dalam jangka panjang, kenaikan tingkat harga suatu negara (relative terhadap tingkat harga luar negeri) menyebabkan mata uangnya terdepresiasi dan penurunan tingkat harga relative menyebabkan mata uangnya terapresiasi.
Kedua, hambatan perdagangan. Hambatan menuju perdagangan bebas seperti tariff (pajak pada barang-barang yang diimpor) dan kuota (pembatasan jumlah barang-barang luar negeri yang dapat diimpor) dapat mempengaruhi kurs. Misalnya bahwa Amerika Serikat meningkatkan tarif atau menetapkan kuota yang lebih kecil terhadap baja Jepang. Meningkatnya hambatan perdagangan ini meningkatkan permintaan untuk baja Amerika dan dolar cenderung menguat karena baja Amerika akan terus terjual dengan balk sekalipun dengan nilai dolar yang lebih tinggi. Meningkatnya hambatan perdagangan menyebabkan mata uang suatu negara menguat dalam jangka panjang.
Ketiga, preferensi untuk barang domestik versus barang luar negeri. Kalau orang Jepang semakin menyukai barangbarang Amerika, katakanlah untuk jeruk Florida dan film Amerika, peningkatan permintaan atas barang-barang Amerika (ekspor0 cenderung menguatkan dolar, karena barang-barang Amerika akan terus terjual sekalipun dengan nilai dolar yang lebih tinggi. Sebaliknya, kalau orang-orang Amerika memutuskan untuk lebih menyukai mobil Jepang (impor) cenderung melemahkan dolar. Meningkatnya permintaan untuk ekspor suatu negara menyebabkan mata uangnya menguat dalam jangka panjang dan sebaliknya meningkatnya permintaan untuk impor menyebabkan mata uang domestic melemah.
Keempat, produktivitas. Ketika produktivitas di suatu negara meningkat, negara tersebut cenderung untuk menaikkan sector domestic yang menghasilkan barang-barang yang diperdagangkan daripada barang-barang yang tidak diperdagangkan. Dengan demikian, produktifitas yang lebih tinggi terkait dengan penurunan dalam harga barang-barang yang diperdagangkan yang diproduksi di dalam negeri. Akibatnya permintaan untuk barang domestic meningkat, dan mata uang domestic cenderung terapresiasi. Tetapi kalau produktifitas suatu negera tertinggal dengan negara lainnya, barang-barang yang diperdagangkan menjadi lebih mahal secara relative dan mata uang cenderung menjadi terdepresiasi. Dalam jangka panjang, kalau suatu negara menjadi lebih produktif secara relative terhadap negara lain, mata uang negara tersebut terapresiasi.
Sedangkan untuk mengetahui perilaku kurs jangka pendek adalah mengetahui bahwa kurs adalah harga dari asset domestic (deposito bank, obligasi, saham, dan lain-lain, yang didenominasikan dalam mata uang domestik) dinyatakan dalam asset luar negeri (aset serupa yang dengan denominasi dalam mata uang asing). Oleh karena kurs adalah harga dari asset yang dinyatakan dalam asset lainnya, cara alamiah untuk mengetahui penentuan kurs jangka pendek adalah menggunakan pendekatan pasar aset yang sangat bergantung pada teori permintaan aset.
Di masa lalu, pendekatan terhadap penentuan kurs menekankan peranan permintaan impor dan ekspor. Semakin modern pendekatan pasar asset yang digunakan disini, semakin menekankan pada asset saham ketimbang arus barang ekspor dan impor selama periode yang pendek, karena transaksi ekspor dan impor relatif kecil dibandingkan asset domestik dan asing pada periode waktu tertentu. Misalnya, transaksi valuta asing di Amerika Serikat setiap tahunnya 25 kali lebih besar daripada jumlah ekspor dan impor Amerika Serikat. Sehingga, dalam periode yang pendek, keputusan untuk memegang asset domestic dan asing memainkan peranan yang lebih besar dalam menentukan kurs daripada yang dilakukan oleh permintaan untuk ekspor dan impor.